Penelitian

KAFEIN sebagai asosiasi profesional para peneliti dan akademisi film serta perfilman telah melakukan beberapa penelitian yang melibatkan para anggotanya. Para anggota KAFEIN melakukan penelitian baik secara tim maupun individual terkait topik yang relevan dengan latar lintas disiplin mereka. Tidak hanya memiliki para anggota yang unggul di bidang penelitian, KAFEIN juga membuka kolaborasi dengan lembaga riset dan kebudayaan yang tertarik dalam kajian film dan perfilman.

Film Ekonomi

Pada tahun 2019, KAFEIN bekerja sama dengan Bower Group Asia, sebuah lembaga riset yang bekerja untuk DISNEY telah berhasil melakukan serangkaian penelitian terkait dampak film terhadap ekonomi. Penelitian ini melibatkan para anggota KAFEIN dengan minat penelitian dan publikasi sejenis. Penelitian ini telah berkontribusi bukan saja dalam kajian film, tetapi bagaimana film dapat membawa pengaruh berlipat terhadap ekonomi daerah dan negara. Penelitian dilakukan dengan beragam metode baik kualitatif maupun kuantitatif, pustaka maupun studi lapangan. Penelitian ini merupakan kontribusi KAFEIN dalam menyediakan studi film dan ekonomi untuk para pengambil kebijakan. Setelah dihapuskannya film dari daftar negatif investasi, penelitian ini dapat membangun gairah industri kreatif di Indonesia.

Penelitian ini menghasilkan lima tulisan dengan beragam topik mulai dari industri fashion, musik, pariwisata, hingga pengaruh ekonomi pada tingkat mikro lewat pendapatan di daerah dan makro dalam tataran negara. Berikut adalah lima publikasi yang akan diterbitkan KAFEIN dalam Jurnal Film Ekonomi.

Estimating Direct Income and The Multiplier-Effect of Film Productions in Yogyakarta

Tito Imanda - BPI - The Indonesian Film Board

The Film Multiplier Effect on the Fashion Industry: “Baju Koko Black Panther” Phenomena and the Unexplored Potential of Film Merchandising in Indonesia

Rhino Ariefiansyah - Universitas Indonesia

The Economic Impact of Film Industry towards Music Industry and the Challenge of the Digital

Era Muria Endah Sokowati - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

For the Sake of Film Pilgrims and Film Travelers : The Impact of the Laskar Pelangi and Ada Apa Dengan Cinta 2? in Improving Regional Economy

Ekky Imanjaya - Film Department, School of Design, Bina Nusantara University dan Sazkia Noor Anggraini - Film and Television Department, Faculty of Recorded Media Arts, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Measuring the Economic Capacity of the Indonesian Film Industry

Eric Sasono - King’s College, University of London

klik gambar untuk memperbesar

Pengumpulan Data Terpilah-Gender

Official Publication
Konferensi ini berkontribusi dalam data dan perspektif dari peneliti lain terkait ragam isu perempuan dalam film dan perfilman Indonesia.

Asosiasi Pengkaji Film Indonesia (KAFEIN) sejak 2020 telah melakukan pengumpulan dan analisis data terpilah-gender dalam industri film Indonesia. Dengan dukungan dari pemerintah Jepang dan UNESCO, proyek ini bertujuan untuk menginisiasi kebijakan terhadap status keseimbangan gender dalam industri film Indonesia. Harapannya, industri film Indonesia memiliki database yang dipilah berdasarkan gender untuk pertimbangan pengambilan keputusan yang mengutamakan kesetaraan gender. Rangkaian kegiatannya meliputi pengembangan dan pengujian kerangka kerja serta metodologi dalam dua bagian. Pertama dengan membuat konferensi dengan tema “Perempuan dalam Film dan Perfilman Indonesia”. Konferensi ini dilaksanakan secara virtual dan keseluruhannya bisa diakses di sini.

Selain konferensi, KAFEIN juga mengembangkan konsultasi dengan para pemangku kepentingan film dan gender. Dalam membuat data gender-terpilah, KAFEIN mengembangkan kerangka kerja dengan pencarian data lewat data sekunder melalui situs filmindonesia.or.id dan katalog berdomain publik yang disiapkan oleh sekolah film, festival, dan organisasi profesi perfilman.

Data menunjukkan bahwa terutama pascareformasi, keterlibatan perempuan mengalami peningkatan meski secara persentase tak terlalu besar. Keterlibatan terbanyak perempuan pada sembilan profesi kunci dalam produksi film tidak lebih dari 20%. Perempuan penerima penghargaan dalam ajang Festival Film Indonesia sejak tahun 1955 tercatat hanya 8%. Angka yang berimbang justru ditemukan pada jumlah mahasiswa laki-laki dan perempuan di perguruan tinggi dengan program studi atau minat utama film. Data lain menunjukkan jumlah perempuan yang menyelesaikan studi dan menerima beasiswa malah lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Di samping data terpilah-gender, penelitian ini juga mengusulkan sejumlah rekomendasi rencana aksi sebagai lanjutan dari analisis data. Rekomendasi rencana aksi dirumuskan dengan melibatkan pemangku kebijakan dalam perfilman, beberapa di antaranya Badan Perfilman Indonesia, Asosiasi Profesi Perfilman, dan Pengajar pada Perguruan Tinggi dengan Program Studi Film. Tujuan utama rekomendasi yang dirumuskan sebagai “mencapai kesetaraan gender dalam perfilman Indonesia” dibagi dalam tiga sasaran. Sasaran pertama adalah memperbaiki kondisi kerja produksi dan kegiatan perfilman Indonesia untuk membuatnya menjadi ideal, aman dan inklusif bagi semua pihak. Sasaran kedua adalah untuk mendorong partisipasi kelompok gender termarginalisasi dan kelompok termarginalisasi lainnya dalam produksi dan kegiatan perfilman Indonesia. Sasaran ketiga adalah membawa perspektif gender dalam pembuatan film karena representasi yang seimbang tidak menjamin. Pada akhir 2021, hasil penelitian dan rekomendasi rencana aksi ini telah berhasil dibukukan dengan tajuk “Menuju Kesetaraan Gender Perfilman Indonesia : Analisis Data Terpilah-Gender dan Rekomendasi Rencana Aksi. Buku ini siap diakses publik untuk beragam kepentingan demi menciptakan perfilman Indonesia yang setara dan inklusif.

Lanjut baca

Penyusunan Panduan Kurikulum dan Modul Pelatihan Film

klik gambar untuk memperbesar

Pada tahun 2021, KAFEIN dengan dukungan UNESCO dan pemerintah Jepang mengimplementasikan dua dari rencana aksi yang telah ditetapkan dari proyek pengumpulan data terpilah-gender pada tahun sebelumnya. Kedua rencana aksi yang diadopsi adalah penyusunan pedoman kurikulum bagi perguruan tinggi film dan penyusunan modul pelatihan pembuatan film bagi komunitas pembuat film. Kedua produk tersebut disusun dengan pendekatan responsif Gender dan Inklusi Sosial (GIS). KAFEIN merekrut ketua tim ahli yang terdiri dari pakar gender dan film, Evi Eliyanah serta pembuat film dan pendidik film Panji Wibowo. Mereka pun didukung oleh anggota tim dengan studi dan minat sejenis yakni Novi Kurnia, IGAK. Satrya Wibawa dan Eric Sasono.

Kedua produk tersebut secara rinci adalah:

Panduan Integrasi Perspektif GIS dalam Kurikulum, Pengajaran dan Lingkungan Belajar bagi Program Studi Film di Indonesia

Panduan ini disusun dari respon terhadap data perempuan yang cukup berimbang pada perguruan tinggi film, namun sebaliknya, masih timpang dalam industri film. Panduan ini ditujukan untuk pemangku kebijakan dan dosen yang mengajar pada program studi sarjana (S1) film atau program studi lainnya yang setara dan berpotensi untuk menghasilkan lulusan yang berpeluang menjadi pekerja film. Panduan ini memberikan inspirasi tentang bagaimana program studi film dapat melakukan intervensi pada pendidikan formal calon pekerja film masa depan agar lebih peka dan responsif terhadap ketimpangan relasi gender dan mengutamakan inklusi sosial dalam industri, karya-karya mereka, dan pelaksanaan kegiatan film lainnya. Hal ini dilakukan demi terwujudnya perfilman Indonesia yang aman dan ramah terhadap keberagaman. Panduan ini diharapkan dapat mulai diimplementasikan pada tahun depan dengan kolaborasi bersama Perkumpulan Prodi Film dan Televisi (PROSFISI) di seluruh Indonesia.

Modul Pengetahuan Dasar Film Berbasis Gender dan Inklusi Sosial

Penyusunan modul ini merupakan respon dari penelitian sebelumnya yang menggaris bawahi minimnya partisipasi perempuan dalam industri perfilman Indonesia. Modul ini disusun sebagai bekal dasar pengetahuan sebelum mengikuti pelatihan pembuatan film yang lebih spesifik. Penyusunan modul mempertimbangkan keseimbangan gender dan inklusi sosial baik dalam contoh-contoh film, sejarah film, elemen film hingga praktik pembuatan filmnya. Hal ini penting diterapkan mengingat kasus pelecehan seksual dalam produksi film kerap terjadi. Modul ini bertujuan untuk memberikan perspektif yang lebih kaya dan beragam bagi pembuat film, bukan hanya untuk menciptakan ruang aman, tetapi representasi perempuan yang lebih berimbang. Modul ini akan diimplementasikan dalam pelatihan bersama komunitas pembuat film dengan dukungan asosiasi-asosiasi profesi perfilman. Pada tahun depan, Paguyuban Perfilman Yogyakarta telah bersedia untuk terlibat dalam mewujudkan kesetaraan dan inklusifitas dalam perfilman.